Pendidikan Guru Penggerak Modul 1.1 Koneksi Antar Materi

 


Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara 


Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.


Kamis, 25 Mei 2022

Assalamualaikum Wr. Wb.

Perkenalkan nama saya Yulya Astuthi, S. Si. Calon Guru Penggerak dari UPT SD Negeri 37 Gresik, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Saya akan memaparkan kesimpulan dan refleksi terhadap materi modul 1.1 tentang Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara.


Ki Hajar Dewantara adalah pelopor pendidikan di Indonesia. Beliau adalah bangsawan Jawa dengan nama kecil Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889. Untuk mengenang jasa beliau pada dunia pendidikan di Indonesia maka pada tanggal 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional.

Pada zaman kolonial pendidikan sangatlah terbatas pada kalangan tertentu dengan tujuan tertentu. di kalangan masyarakat biasa hanya diajarkan keterampilan calistung dasar dengan tujuan untuk membantu para pedagang memajukan dagangannya. Selain itu pendidikan hanya diberikan kepada bangsawan dengan tujuan sebagai calon pegawai pemerintah.

Melihat ketimpangan tersebut pada tahun 1922 di Yogyakarta Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa yang artinya tempat bermain atau tempat belajar murid.

Ki Hajar Dewantara membedakan antara pendidikan dan pengajaran. Pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran adalah proses pendidikan dalam memberi ilmu untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan pada hakikatnya adalah menuntun terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, baik sebagai manusis maupun sebagai masyarakat. Pendidikan menciptakan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain serta menjadi manusia yang merdeka atau mandiri.

Menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara, pada dasarnya pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekeuatan kodrat yang ada pada anak agar dapat memperbaii lakunya hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Seperti semboyan "Ing Ngarso Sung Thulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani".

Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Pendidikan dapat menjadi tempat berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yanga dapat diteruskan dan diwariskan. 

Manusia merdeka adalah manusia yang laku hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.

Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan (rakyat)

Dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah Kodrat Anak yaitu bermain. Pikiran, perasaan, kemauan, tenaga (Cipta-Rasa-Karsa/Karya-Pekerti) sudah ada pada diri anak, sehingga permainan menjadi bagian pembelajaran di sekolah.

Pokok pendidikan terletak di dalam pangkuan ibu bapak karena hanya dua orang inilah yang dapat "berhamba pada sang anak" dengan semurni-murninya dan seikhlas-ikhlasnya, sebab cinta kasihnya kepada anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak terbatas. (Karya Ki Hajar Dewantara, Pendidikan, halaman 382 – Buku Kuning) 

untuk dapat "berhamba" pada sang anak maka pendidikan harus berpihak kepada murid.

Anak bukan kertas kosong seperti teori Tabularasa yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa. Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samarsamar. Tujuan Pendidikan adalah menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan )

Bagaimana menebalkannnya?

Menebalkan laku anak dengan kekuatan konteks diri anak dan sosio-kultural/budaya .


Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1

Sebelum saya mempelajari modul 1.1  mengenai Refleksi Pemikiran Pendidikan KHD saya mempunyai beberapa keyakinan bahwa:

  1. Ketuntasan dalam penyampaian materi lebih penting daripada memahami karakteristik murid

  2. dalam pembelajaran sebagian besar saya melihat keberhasilan pembelajaran dari aspek kognitif

  3. Jika nilai murid sudah mencapai KKM saya menganggap pembelajaran sudah berhasil

  4. murid adalah objek pembelajaran

  5. Saya tidak memperdulikan apakah murid sudah benar-benar paham, karena saya fokus pada ketercapaian materi.

  6. Saya sering mengeluh dan merasa gagal jika siswa tidak tuntas/mencapai KKM setelah evaluasi


Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini? 

Setelah saya mempelajari modul 1.1, saya menyadari yang saya lakukan tidaklah tepat. seharusnya saya melakukan pembelajaran secara menyeluruh bukan hanya aspek kognitif saja namun mencakup afektif, psikomotorik, spiritual, sosial, dan budaya. Murid bukanlah objek pembelajaran namun merupakan subjek pembelajaran artinya murid memiliki kebebasan berekspresi, mengemukakan pendapat, dan berkreasi sesuai dengan metode, model atau media yang tepat. Guru seharusnya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. guru juga harus among, ikhlas, sabar, dan tulus dalam menuntun siswa agar terwujud pembelajaran yang menyenangkan. seorang guru sebagai among yang menuntun anak untuk membangun pengetahuan dan budi pekerti, agar mereka memerdekakan diri sendiri dan orang lain. Seorang pendidik dan seluruh warga sekolah harus menanamkan nilai-nilai karakter budi pekerti peserta didik sehingga anak-anak bisa menyikapi kehidupan di masa mendatang. saya harus mempelajari dan menghargai karakteristik murid, mengupayakan mereka tumbuh sesuai dengan kodratnya.

Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?

yang dapat segera saya terapkan di kelas adalah 

  1. merancang pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan dengan melibatkan murid sesuai pendekatan student center.

  2. menerapkan pembelajaran abad 21 yaitu critical thinking, creative, collaboratif, communicative.

  3. menerapkan pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan kearifan lokal

  4. menerapkan pembelajaran yang menuntun bukan menuntut karena guru tugas guru adalah memberikan tuntunan atau arahan yang baik kepada murid. saya akan berusaha menjadi teladan bagi murid baik dalam perkataan dan perbuatan.

  5. Memahami karakteristik dan latarbelakang murid dengan menjalin komunikasi yang baik.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

VISI, MISI DAN TUJUAN

IDENTITAS SEKOLAH